Selasa, 26 Januari 2016

Davos 2016, Bom di Jakarta & Investasi



Semuanya dimulai dari kebiasaan tahun lalu, dimana aku coba menyimpan embed dari kegiatan World Economic Forum (WEF). Tahun ini aku ikutan lagi via online, karena terus terang, rasanya tidak mungkin kalau aku berangkat ke Davos (Swiss) secara biaya tentu saja mahal.

Beberapa bulan sebelum tanggal 20 Januari 2016, aku sesekali mendapat info mengenai WEF dari fanpage di Facebook. Dari situ aku jadi tahu bahwa tema WEF tahun ini adalah #4IR, yang kurang-lebih berarti “Mastering 4th Industrial Revolution”, dan acara WEF 2016 berlangsung dari tanggal 20-23 Januari 2016. Info demi info yang ada di Facebook membuat aku tertarik untuk ikutan lomba essay, sehingga menghasilkan sebuah tulisan yang berjudul “Me, Myself, & 4th Industrial Revolution”. Terus-terang aku tidak tahu, mengapa memilih judul itu. Hmmm... mungkin lantaran begitu dekat dengan aku, atau mungkin lantaran aku menyukai sesuatu yang bersifat science dan masa depan, atau bisa juga lantaran teringat salah satu cita-cita zaman dulu, ingin menjadi Astronot.

Lomba essay ini membuat aku belajar tentang medium dot com, sebuah wadah yang konon adalah pengembangan dari twitter. Sebenarnya aku belum begitu paham tentang medium ini, namun setelah dipelajari secara seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya, sedikit-banyak aku jadi tahu bahwa medium diperuntukkan untuk mereka yang hobi menulis. Jika twitter hanya membatasi tweet dengan 140 karakter, kalau medium konon terdiri dari 900 kata (minimal).

Jujur saja, essay di medium membuat aku berfikir untuk menang. Soalnya kebayang, bagaimana rasanya tulisan kita dibaca oleh jutaan umat (Secara WEF, lho). Tapi ke belakang, aku sama sekali tidak peduli. Malah memasuki tanggal 20 Januari, aku fokus ke akun twitter @wef dan @davos usai mendapat email dari Adrian Monck.

Di bawah ini adalah rentetan peristiwa menjelang WEF 2016, yang kuanggap, sebagai pengalaman pertama memahami dunia teleconference (anggap saja seperti itulah, biar keren dikit), antara lain:

1. Setelah tahun kemaren, kali ini aku jadi tahu apa beda akun twitter @davos dan @wef. Akun twitter @wef ternyata berisi makalah dan kesimpulan acara. Jadi kalau kita blank dengan suatu materi, kita bisa ngecek langsung di akun twitter @wef. Sedang @davos, berisi live tweet sepanjang forum. Mulai dari quote-quote menarik para panelis, kode bahwa acara sedang dimulai, sampai informasi live streaming. Ini baru aku ketahui tahun ini, karena tahun kemaren aku hanya fokus di embed dan tak peduli apa isi materi mengenai apa (jujur saja),

2. Setelah mengetahui dua hal tersebut, maka aku mulai membiasakan diri untuk menjadi bagian dari forum. Bayangkan, posisiku di sebuah desa bernama Gelumbang, yang jaraknya kurang-lebih 58 km dari Jembatan Ampera, sedang mengikuti acara yang berlangsung di kota salju bernama Davos, Swiss. Teknologi benar-benar membuat aku jadi bagian dari semua itu. Dimulai dari email Adrian Monck, memantau tweet, hingga merangkum respon dalam link-link. Merangkum aku lakukan untuk menelaah ulang, apa-apa saja poin yang dibahas selama acara. Minimal yang menarik buat aku,

3. Tanggal 14 Januari 2016, social media dikejutkan oleh bom di Jakarta. Aku bukan main terkejut, soalnya sempat membaca tentang iklim investasi di Indonesia (diwakili kawasan ASEAN) yang berada di peringkat ke-3. Berita mengenai bom ini tentu saja membuat shock, aku sempat menelusuri berbagai berita terkait isu tersebut. Untungnya semua itu tidak berakibat buruk terhadap psikologis masyarakat kita, malah ini membuat kita (Indonesia) menjadi lebih bersatu dan mengutuk tindakan terorisme,

4. Di sisi lain, aku juga menemukan sebuah surat dari medium dot com. Surat terbuka ini ditulis oleh David Swan (seorang tentara Amerika),

5. Ini adalah pengalamanku melihat respon di dunia maya terkait berita bom di Jakarta. Respon yang aku telaah mulai dari satu artikel ke artikel lain dengan keyword di google, “Indonesia”. Ternyata google masih banyak menghadirkan berita positif tentang Indonesia. Inilah yang membuat aku merasa nyaman untuk ikut memantau WEF 2016, sekaligus belajar. Karena toh aku masih berkuliah di “Ekonomi Pembangunan”, meskipun sudah beberapa tahun cuti. Dari sekian banyak berita, artikel satu ini yang menarik pemikiranku. Terlepas dari siapa yang menjadi objek artikel-nya, yang jelas, isinya membuat aku berfikir. Poin artikelnya adalah, “Peta Perubahan Iklim Investasi di Indonesia”.

Sementara ini 5 poin di atas yang menjadi catatan awal. Lain waktu disambung lagi, karena banyak cerita yang aku dapat dari hasil teleconference (biar keren) dengan Davos 2016.


(Gelumbang, Sumatera Selatan, Indonesia / 25- 26 Januari 2016)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar